Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari oleh masyarakat, baik
kalangan atas maupun bawah menyukai makanan yang satu ini. Keberadaanya sudah
lama di akui sebagai makan yang sehat, bergizi dan harganya yang murah. Bahan
baku utama yang digunakan untuk membuat tahu adalah kedelai (Glycine spp).
Air banyak digunakan sebagai bahan pencuci dan merebus kedelai untuk
proses produksinya. Akibat dari besarnya pemakaian air pada proses pembuatan
tahu, limbah yang dihasilkan juga cukup besar. Pada saat ini sebagian besar
industri tahu masih merupakan industri kecil skala rumah tangga yang tidak
dilengkapi dengan unit pengolah air limbah, sehingga limbah yang belum diolah
tersebut langsung dibuang ke sungai tanpa mempedulikan dampaknya terhadap
lingkungan.
Untuk memenuhi tugas AMDAL yang diberikan, maka kami mengunjungi Industri
tahu dan tempe yang berada di pondok benda jatiasih, Bekasi. Kami mengamati proses
pembuatan tahu dan proses pembuangan limbahnya. Kegiatan observasi dilakukan
pada hari rabu 7 Oktober 2015.
1. SEGI LIMBAH
Limbah ialah sesuatu bahan yang sebagian orang mengartikan limbah bahan
atau adonan yang tidak lagi berguna dan menjorokan. Pada umumnya mengandung
bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta
menggangu lingkungan hidup . Tetapi sebagian orang mengartikan limbah sebagai
bahan atau adonan yang sangat berguna. Contoh limbah yang dapat kita olah yaitu
limbah tahu.
Pada dasarnya, limbah
tahu dapat diklasifikasikan dalam 2 bentuk limbah, yaitu :
A. Limbah
tahu cair
B. Limbah
tahu padat
Limbah tahu cair adalah sisa pembuangan dari hasil
tahu yang berwujud cair yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan
kualitas lingkungan atau merusak ekosistem air. Dari penelitian kami dapat
dilihat bahwa hasil limbah cair ini
langsung dibuang ke sungai tanpa diproses terlebih dahulu, padahal limbah tahu
ini mangandung Senyawa-senyawa organik yang mengandung protein, karbohidrat,
lemak dan minyak.
Di antara senyawa-senyawa tersebut, protein dan
lemaklah yang jumlahnya paling besar (Nurhasan dan Pramudyanto, 1987), yang
mencapai 40% - 60% protein, 25 - 50% karbohidrat, dan 10% lemak (Sugiharto,
1987). Semakin lama jumlah dan jenis bahan organik ini semakin banyak, dalam
hal ini akan menyulitkan pengelolaan limbah, karena beberapa zat sulit
diuraikan oleh mikroorganisme di dalam air limbah tahu tersebut. Untuk
menentukan besarnya kandungan bahan organik digunakan beberapa teknik pengujian
seperti BOD, COD dan TOM. Uji BOD merupakan parameter yang sering digunakan
untuk mengetahui tingkat pencemaran bahan organik, baik dari industri ataupun
dari rumah tangga (Greyson, 1990; Welch, 1992).
Gambar 1 : Keadaan sungai dan limbah cair.
1. Pengolahan
Limbah Secara Fisika
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air
buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah
mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu.
Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan
bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap
dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang
utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan
waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.
2. Pengolahan Limbah Secara Kimia
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk
menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid),
logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan
bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada
prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari
tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik
dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil
reaksi oksidasi.
3. Pengolahan
Limbah Secara Biologi
Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi.
Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara nbiologi dipandang sebagai
pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah
berkembang berbagai metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya.
Limbah tahu padat adalah hasil pembuangan tahu yang
berwujud padat. Limbah padat tahu mengandung protein yang tinggi sehingga
istimewa dijadikan tepung maupun kerupuk. Sementara itu, untuk pakan ternak,
ampas tahu bisa memenuhi kebutuhan protein pakan sehingga kualitas ternak
menjadi lebih baik. Ampas tahu ini memiliki harga yang eknomis jika
dibandingkan dengan pakan konsentrat. Beberapa peternak menyatakan bahwa dengan
memberi pakan berupa ampas tahu atau limbah tahu padat, penambahan berat badan
ternak seperti sapi, kelinci, babi dan juga kambing akan lebih cepat.
KESIMPULAN
dari
2 hal diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembuangan limbah harus diimbangi
dengan pengetahuan AMDAL sehingga kita tidak asal membuang limbah tanpa tahu
bahwa akan mencemari lingkungan sekitar. Dari industri rumahan yang kami teliti
dapat diketahui bahwa masih belum terciptanya pemahaman pengusaha akan
pentingnya mengolah limbah agar tidak mencemari lingkungan dan dampak negative yang
dihasilkan limbah tersebut.
2. SEGI EKONOMI
Dalam segi ekonomi, industri rumahan
ini telah membantu mengurangi pengangguran yang ada di Indonesia walau hanya
sebagian kecil, tapi ini cukup membantu warga-warga sekitar yang tidak memiliki
pekerjaan. Kegiatan ini juga dapat menunjang pertumbuhan ekonomi yang ada di
wilayah disekitar dan dapat menginspirasi wiraswasta lainnya untuk membuka industry-industri rumahan lainnya.